Subscribe:

Pages

Selasa, 21 Desember 2010

IBU, TOKOH YANG SERBA PANDAI DALAM LINGKUNGAN KELUARGA

Oleh: Pipin Dasripin

Ibu merupakan tokoh yang selalu ada, dekat, dan selalu hadir dalam lingkungan keluarganya. Dia tidak gampang menyerah dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang berada dalam lingkungan keluarganya. Di sebut ibu, seorang perempuan bukan sekedar karena telah melahirkan anak. Tetapi seorang ibu harus benar-benar memiliki sifat dan sikap keibuan, yang rela mengorbankan dirinya demi cinta dan sayangnya kepada anak dan keluarga.
Seorang ibu akan senantiasa berada dan dekat serta bergaul dengan anaknya. Sehingga sering sekali seorang ibu ikut terlibat dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi putra-putrinya, dari persoalan yang sederhana sampai kepada persoalan yang rumit.
Memang kalau kita lihat, ibu merupakan tokoh yang serba pandai dalam keluarganya. Dikatakan serba pandai karena ibu banyak berperan dan mempunyai banyak fungsi dalam membina keluarganya.
Banyak peran yang ditampilkan oleh sang ibu, misalnya sebagai pendamping suami. Sesungguhnyalah seorang suami akan merasa dan bahagia manakala ia beristrikan atau mempunyai teman hidup seorang wanita yang benar-benar dikala suka dan duka selalu mendampingi sang suami. Sehingga mampu menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis. Ibu sebagai pendamping suami tentunya mampu memberi spirit kepada sang suami sebagai pasangan hidupnya yang selalu berkonsultasi di dalam menggalang dan menciptakan serta membentuk keluarga bahagia, yang dilandasi perdamaian, ketertiban dan ketentraman lahir batin.
Juga ibu sebagai istri, pendamping suami mampu berusaha secara continue untuk membuat betah di rumah bagi suaminya dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, sehingga, akan terasa bahwa di rumah itu seakan-akan  “sorga” bagi semua anggota keluarga.
Selain itu jika ada anggota keluarga yang sakit, ibu yang mula-mula merawat orang yang sakit itu. Ibu dengan tekun merawat anak atau suami yang sakit, sehingga anggota keluarga yang sakit itu terasa terhibur dan sehat. Jadi dalam keluarga ibu baginya adalah perawat yang paling tekun. Ibu sering memberi hiburan diwaktu senggang untuk putra-putrinya. Melucu untuk menghibur anak-anaknya terutama yang masih kecil dikala bersusah hati. Ia senang menghidangkan cerita-cerita jenaka, kejadian-kejadian yang cepat menembus perasaan sang anak demi pembentukan jiwanya.
Sedangkan peranan ibu sebagai pendidik dalam keluarga tidak diragukan lagi. Karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama-tama bagi anak-anak. Dalam hal ini sikap ibu semua terekam, terserap mendarah daging pada pribadi dan sikap anak-anak. Maksudnya pengaruh sang ibulah yang paling kuat terhadap perkembangan anak dari pada ayahnya. Karena itulah sang pendidik dalam keluarga harus memberi tauladan yang baik kepada anaknya agar anak-anak menjadi generasi penerus yang baik.
Pendidikan yang diserapkan sang ibu pada anak berjalan sejak prenatal. Sang ibu sudah menanggung resiko perjuangan hidup dalam membina si janin yang sedang berkembang dalam rahimnya.dan sejak janin di dalam kandungannya itu, ibu sudah mulai mengadakan kontak batiniah. Dilanjutkan dengan proses perkembangan dan pertumbuhan si bayi, menjadi anak dan nantinya menjadi suatu anggota masyarakat yang benar-benar dewasa.
Walaupun ibu disibukkan dengan tugas routin, mengatur rumah tangga, tapi hubungan dengan anak selalu paling dekat, sejak ibu memberikan makanan pertama kepada anaknya yang berupa ASI. Pada saat itulah anak menetek pertama, denyut jantung ibu dalam kasih sayangnya di atas buaian terekam dan mengalirlah getaran kasih sayang pada aliran darahnya.
Kemudian dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan si anak, proses pendidikan selalu dilakukan oleh seorang ibu. Mengajarkan bagaimana berkata-kata, berjalan, berdiri, dan kegiatan-kegiatan lainnya selalu dituntut suatu kesabaran dari seorang ibu sebagai pendidik. Pendekatan-pendekatan secara psikologis selalu menjadi landasan ibu dalam menjalankan pendidikan kepada anak-anak dan anggota keluarganya tentang hal-hal yang berhubungan dengan norma-norma keagamaan.
Sebagi seorang ibu dalam mengelola rumah tangganya sehari-hari dituntut keterampilannya dalam mengatur anggaran belanjanya. Di sini ibu memeperlihatkan kebijasanaanya, kepintarannya, serta kecermatannya sebagai bendahara keluarga  dalam menggunakan uang untuk keselamatan keluarganya. Ibu adalah seorang insane yang snggup menahan napas, lebih-lebih jika bulan menjelang tua dan penyakit kantong kemps mulai melanda. Pendapatan yang diperoleh atas hasil kerja suami, atau anggota-anggota rumah tangga lainnya, bahkan bila ibu sendiri mendapatkan penghasilan pula dikelolanya dengan baik dan rapih. Pengeluaran untuk keperluan rumah tangga disesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga atau rumah tangga secara keseluruhan. Bila anak-anak memerlukan uang untuk keperluan sekolahnya, ibulah yang memberinya dan mengaturnya supaya uang tersebut jangan dipergunakan untuk hal-hal yang tak bermanfaat.
Bila ada anggota keluarga yang tertimpa duka atau mempunyai permasalahan yang sulit diatasi, mereka akan lari mengadu kepada ibunya. Memang ibu adalah tempat anggota keluarga mengadu, apakah ia seorang ayah yang sudah beranak pinak ataukah seorang kakek yang sudah berbuyut, maling kelas kakap, koruptor, bahkan seorang dictator sekalipun takkan lupa kepada ibunya. Lebih-lebih saat tertimpa kedukaan.
Itu menandakan bahwa ibu adalah tempat berlindung anak-anaknya dari tindakan-tindakan yang negative dan hidup sesat. Si anak akan merasa terlindungi bila si ibu memberikan perasaan aman sebagai kebutuhan azasi manusia.
Kebanyakan si anak bila mendapat kesulitan yang besar, atau tertimpa musibah, datang atau teringat pada ibunya. Tetapi sayang masih banyak orang yang melupakannya, dikala mereka mendapat kebahagiaan yang melimpah ruah.
Itulah sekelumit uraian mengenai peran ibu dalam membina rumah tangganya. Semoga kita sebagai anak tidak melupakan ibu walau bagaimanapun dan selalu berbakti kepadanya.***

Ket. Pernah dimuat pada Majalah Suara Guru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar