CERITA BERANTAI UNTUK MENULIS CERITA PENDEK
Oleh:
Pipin Dasripin
Keterampilan menulis merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu
keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak tingkat
pendidikan dasar.
Keterampilan menulis sebagai
salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting di
dalam kehidupan manusia. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang cukup
kompleks karena pada saat menulis terlibat berbagai unsur yang harus diterapkan
sekaligus. Dengan menulis
kita dapat mengekspresikan pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan
menggunakan media tulis dengan harapan dapat dibaca oleh pembaca.
Akan tetapi kenyataannya
dewasa ini masih banyak masyarakat yang kemampuan menulisnya masih rendah
karena kurang didukung oleh minat yang kuat untuk menulis. Hal ini sejalan
dengan pendapat Alwasilah (2003) dari
keempat aspek keterampilan berbahasa keterampilan menulislah yang sampai saat
ini perkembangannya masih rendah. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia belum
banyak berkarya tulis. Hal ini tentu saja disebabkan oleh masih rendahnya minat
dan kemampuan menulis pada masyarakat kita.
Menulis bukan pekerjaan yang
sekali jadi, tetapi memerlukan proses. Proses itu mulai dari menemukan topik,
membatasi topik, memecahkan topik menjadi kerangka, dan mengembangkan kerangka
menjadi sebuah karangan. Namun, menuangkan buah pikiran secara teratur dan
terorganisasi ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat memahami jalan
pikiran seseorang, tidaklah mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro
(1995:270) yang menyatakan bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai
dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lain. Hal tersebut disebabkan
oleh persyaratan penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa
yang menjadi isi tulisan.
Banyak guru yang merasa
kesulitan ketika mengajarkan menulis dalam hal ini mengarang sehingga mereka
mengambil langkah yang gampang, yaitu menggunakan metode penugasan dan ceramah.
Maksudnya adalah guru menjelaskan dan kemudian menugaskan mengarang bebas
dengan memilih topik/tema sendiri. Dalam penjelasan, guru hanya menjelaskan
sedikit teori tentang menulis, setelah itu guru memberi tugas kepada siswa
untuk menulis.
Siswa tampak kurang antusias
dalam menulis karena guru kurang memberikan rangsangan atau motivasi kepada
anak, bahkan ada anak yang masih bingung ketika mau menulis, mungkin karena dia
masih belum mengerti apa yang dijelaskan dan ditugaskan gurunya, mungkin juga karena
kemampuan siswa berfikir secara verbal masih kurang. Selain itu juga siswa
merasa jemu ketika guru memberikan tugas menulis karena cara yang diberikan
guru dalam mengajarkan menulis masih menggunakan model tradisional seperti yang
telah dikemukakan di atas.
Padahal banyak cara untuk
mengajarkan menulis, di antaranya dengan cerita
berantai. Yaitu guru memulai cerita secara lisan, kemudian diteruskan oleh
seluruh siswa secara bergiliran sehingga menjadikan sebuah cerita pendek.
Setelah itu baru siswa menuliskan kembali cerita pendek hasil karangan bersama
itu dalam bukunya masing-masing. Model
cerita berantai dapat mengaktifkan siswa dalam bercerita dengan difasilitasi
oleh guru.
Dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di SMP mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas IX terdapat kompetensi dasar menulis cerita pendek. Pengalaman siswa bisa dijadikan sebuah
cerita pendek. Dalam mengajarkan menulis pengalaman bisa dengan menggunakan
model cerita berantai. Walaupun pengalaman siswa berbeda-beda tetapi pasti ada kemiripan
dengan pengalaman siswa yang lain. Dan itu bisa dijadikan bahan untuk memulai
menulis cerita pendek.
Adapun
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran
dengan model ini adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan
awal. Pada kegiatan ini guru harus melakukan hal-hal seperti:
- Terlebih
dahulu guru mempersiapkan tema cerita pendek
- Guru
mempersiapkan format penilaian
- Guru
memotivasi siswa dengan mengkondisikan siswa
b. Kegiatan
Inti. Pada kegiatan inti guru dan siswa melakukan kegiatan:
- Guru
memberikan informasi singkat tentang karakteristik cerita pendek dan tema
cerita pendek yang akan dibuat.
- Guru
memulai cerita secara lisan dan menunjuk siswa untuk meneruskan cerita guru.
- Siswa
menyambung cerita terus bergiliran sampai satu kelas kebagian.
- Guru
menyela cerita anak jika ada cerita yang keluar dari tema
- Siswa
menyambung kembali isi cerita sampai selesai.
c. Kegiatan
akhir. Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan siswa dan guru adalah:
- Siswa
menulis kembali cerita pendek hasil karangan bersama itu dalam bukunya masing-masing.
- Siswa
bertanya jawab dengan guru tentang cara menulis cerita pendek
- Setelah
selesai siwa membacakan hasil karangannya di depan teman-temannya dan
siswa yang lain menyimak serta mengomentarinya untuk kesempurnaan karangan
tersebut.
- Siswa
menyimpulkan tentang materi cerita pendek
- Bila
karangan siswa ada yang belum sempurna, guru memberikan tugas untuk
meyempurnakan karangan cerita pendek di rumah.
Itulah salah satu model pembelajaran menulis
dengan cerita berantai, semoga saja model ini dapat menjadikan solusi dalam
mengajarkan menulis kepada anak didik kita dan mejadikan siswa bergairah dalam
menulis.***