Subscribe:

Pages

Minggu, 03 September 2017

CERITA BERANTAI UNTUK MENULIS CERITA PENDEK
Oleh: Pipin Dasripin

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu keterampilan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sejak tingkat pendidikan dasar.
Keterampilan menulis sebagai salah satu aspek dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena pada saat menulis terlibat berbagai unsur yang harus diterapkan sekaligus. Dengan menulis kita dapat mengekspresikan pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan media tulis dengan harapan dapat dibaca oleh pembaca.
Akan tetapi kenyataannya dewasa ini masih banyak masyarakat yang kemampuan menulisnya masih rendah karena kurang didukung oleh minat yang kuat untuk menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat  Alwasilah (2003) dari keempat aspek keterampilan berbahasa keterampilan menulislah yang sampai saat ini perkembangannya masih rendah. Dengan kata lain, masyarakat Indonesia belum banyak berkarya tulis. Hal ini tentu saja disebabkan oleh masih rendahnya minat dan kemampuan menulis pada masyarakat kita.
Menulis bukan pekerjaan yang sekali jadi, tetapi memerlukan proses. Proses itu mulai dari menemukan topik, membatasi topik, memecahkan topik menjadi kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi sebuah karangan. Namun, menuangkan buah pikiran secara teratur dan terorganisasi ke dalam sebuah tulisan sehingga pembaca dapat memahami jalan pikiran seseorang, tidaklah mudah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (1995:270) yang menyatakan bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lain. Hal tersebut disebabkan oleh persyaratan penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang menjadi isi tulisan.
Banyak guru yang merasa kesulitan ketika mengajarkan menulis dalam hal ini mengarang sehingga mereka mengambil langkah yang gampang, yaitu menggunakan metode penugasan dan ceramah. Maksudnya adalah guru menjelaskan dan kemudian menugaskan mengarang bebas dengan memilih topik/tema sendiri. Dalam penjelasan, guru hanya menjelaskan sedikit teori tentang menulis, setelah itu guru memberi tugas kepada siswa untuk menulis.
Siswa tampak kurang antusias dalam menulis karena guru kurang memberikan rangsangan atau motivasi kepada anak, bahkan ada anak yang masih bingung ketika mau menulis, mungkin karena dia masih belum mengerti apa yang dijelaskan dan ditugaskan gurunya, mungkin juga karena kemampuan siswa berfikir secara verbal masih kurang. Selain itu juga siswa merasa jemu ketika guru memberikan tugas menulis karena cara yang diberikan guru dalam mengajarkan menulis masih menggunakan model tradisional seperti yang telah dikemukakan di atas.
Padahal banyak cara untuk mengajarkan menulis, di antaranya dengan cerita berantai. Yaitu guru memulai cerita secara lisan, kemudian diteruskan oleh seluruh siswa secara bergiliran sehingga menjadikan sebuah cerita pendek. Setelah itu baru siswa menuliskan kembali cerita pendek hasil karangan bersama itu dalam bukunya masing-masing.  Model cerita berantai dapat mengaktifkan siswa dalam bercerita dengan difasilitasi oleh guru.
            Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di SMP mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas IX terdapat kompetensi dasar menulis cerita pendek. Pengalaman siswa bisa dijadikan sebuah cerita pendek. Dalam mengajarkan menulis pengalaman bisa dengan menggunakan model cerita berantai. Walaupun pengalaman siswa berbeda-beda tetapi pasti ada kemiripan dengan pengalaman siswa yang lain. Dan itu bisa dijadikan bahan untuk memulai menulis cerita pendek.
            Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran dengan model ini adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan awal. Pada kegiatan ini guru harus melakukan hal-hal seperti:
  • Terlebih dahulu guru mempersiapkan tema cerita pendek
  • Guru mempersiapkan format penilaian
  • Guru memotivasi siswa dengan mengkondisikan siswa
b. Kegiatan Inti. Pada kegiatan inti guru dan siswa melakukan kegiatan:
  • Guru memberikan informasi singkat tentang karakteristik cerita pendek dan tema cerita pendek yang akan dibuat.
  • Guru memulai cerita secara lisan dan menunjuk siswa untuk meneruskan cerita guru.
  • Siswa menyambung cerita terus bergiliran sampai satu kelas kebagian.
  • Guru menyela cerita anak jika ada cerita yang keluar dari tema
  • Siswa menyambung kembali isi cerita sampai selesai.
c. Kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir kegiatan yang dilakukan siswa dan guru adalah:
  • Siswa menulis kembali cerita pendek hasil karangan bersama  itu dalam bukunya masing-masing.
  • Siswa bertanya jawab dengan guru tentang cara menulis cerita pendek
  • Setelah selesai siwa membacakan hasil karangannya di depan teman-temannya dan siswa yang lain menyimak serta mengomentarinya untuk kesempurnaan karangan tersebut.
  • Siswa menyimpulkan tentang materi cerita pendek
  • Bila karangan siswa ada yang belum sempurna, guru memberikan tugas untuk meyempurnakan karangan cerita pendek di rumah. 
Itulah salah satu model pembelajaran menulis dengan cerita berantai, semoga saja model ini dapat menjadikan solusi dalam mengajarkan menulis kepada anak didik kita dan mejadikan siswa bergairah dalam menulis.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar